Pariwisata Aceh Bisa Kalahkan Pariwisata Malaysia Serta Jalur Cheng Ho di Aceh

Pariwisata Aceh Bisa Kalahkan Pariwisata Malaysia



PASCATSUNAMI, pariwisata Aceh terus dikembangkan sehingga bisa menggaet wisatawan Nusantara dan mancanegara. Ke depannya, Aceh bisa mengalahkan pariwisata MalaysiaAceh memang mempunyai potensi yang komplit. Tidak hanya alam dan lautan yang indah, tetapi juga budaya yang beragam. Potensi inilah yang menjadi daya tarik wisatawan untuk datang dan menginap di kawasan Aceh.
Hasil gambar untuk foto museum tsunami
Museum Tsunami Aceh
“Jika Aceh sukses mengelola pariwisatanya dengan baik, ke depan bisa mengalahkan Malaysia. Seperti halnya dengan Batam, bisa bersaing dengan Singapura,” tutur Esthy Reko Astuty, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar kepada Okezone di Sabang, Aceh. Tentunya untuk mewujudkan impian itu, sambung Esthy, banyak hal yang bisa ditingkatkan. Baik soal pembenahan infrastruktur, perbanyak hotel, transportasi, dan lainnya. “Soal transportasi di sini masih besar lewat jalur udara. Potensi lewat laut, masih 25 persen. Ini sebenarnya peluang untuk terus meningkatkan wisata bahari,” tutupnya.
Pantai Iboh Sabang

Jalur Samudera Cheng Ho Diluncurkan di Aceh

PARIWISATA Aceh semakin kuat dengan diluncurkannya jalur samudera Cheng Ho di Hari Nusantara 2015. Peluncuran prasastinya dilakukan oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya.
Hari Nusantara 2015 diselenggarakan di Pelabuhan Perikanan Lampulo, Aceh. Banyak sekali atraksi kebudayaan Aceh, termasuk parade bahari yang dipertunjukkan oleh para prajurit TNI AL dan nelayan setempat.
Selama acara berlangsung, beberapa peluncuran prasasti dilakukan. Salah satunya, jalur samudera Cheng Ho yang diresmikan Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Aceh seperti diketahui sebagai daerah Nusantara yang disinggahi pelayaran Cheng Ho. Tercatat ada dua lokasi yanng disambangi Laksamana Cheng Ho, Kerajaan Samudera Pasai dan Kesultanan Lambiri.
Jalur Cheng Ho di Aceh
Di Kerajaan Samudera Pakai, Cheng Ho menghadiahi lonceng besar atau genta yang dinamai cakra donya (cakra dunia). Lonceng tersebut memiliki tinggi 1,25 meter, diameter 1 meter, serta berukiran tulisaan Arab dan China.
Cakra donya merupakan simbol hubungan persaudaraan antara Kaisar Tiongkok dan Raja Samudera Pasai. Sejak 1915, benda itu tersimpan di Museum Aceh dan menjadi kebanggaan masyarakat, serta bukti otentik hubungan sejarak antara Tiongkok dan kota berjuluk Serambi Makkah tersebut.

Jalur Cheng Ho di Aceh Dongkrak Wisatawan China

DENGAN dibukanya jalur Samudera Cheng Ho di Aceh, membuka peluang wisatawan dari China akan banyak yang datang. Menteri Pariwisata Arief Yahya optimis akan hal itu.
Puncak Hari Nusantara 2015 sukses digelar. Mengambil lokasi acara di Pelabuhan Perikanan Lampulo, Banda Aceh, acara dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta jajaran menteri kabinet.
Hasil gambar untuk foto jalur cheng ho aceh
Kapal Cheng Ho
Dalam acara itu, diluncurkan pula prasasti jalur samudera Cheng Ho oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya.
"Saya ingin mengatakan kalau kita membuka jalur ini, wisatawan mancanegara (wisman) dari China yang hadir akan lebih banyak. Itu akan bagus untuk kita," tutur Menpar Arief Yahya ditemui usai acara puncak Hari Nusantara 2015, Minggu (13/12/2015).
Arief otimisitis karena melihat latarbelakang Cheng Ho sebagai seorang Muslim. Sehingga tidak ada resistensi di Aceh, karena artefaknya sudah ada dan beberapa masjid di sini. Jadi, itu adalah rute Cheng Ho.
"Ada 10 kota yang disinggahi Cheng Ho. Kalau jumlahnya sembilan, itu berarti Tuban tidak dimasukkan. Kota pertama yang disinggahi Cheng Ho itu adalah Aceh," jelasnya.
Arief juga mengatakan, berdasarkan pengalaman ketika meluncurkan di Batam, pertumbuhan wisatawan China ke Batam itu sangat tinggi.
"Kalau total nasional 21 persen, sementara di Batam-Bintan itu sampai 30 persen," tutupnya.


0 Response to "Pariwisata Aceh Bisa Kalahkan Pariwisata Malaysia Serta Jalur Cheng Ho di Aceh"

Post a Comment